KINI ekonomi kreatif telah menjadi salah satu sektor yang menjanjikan bagi Indonesia. Untuk mengembangkan sektor ekonomi kreatif, Indonesia bisa belajar dari kesuksesan K-Wave Korea.
Saat pembukaan Korea Indonesia Film Festival 2023 di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf, Muhammad Neil El Himam, menyoroti potensi besar yang dimiliki oleh ekonomi kreatif, khususnya dalam subsektor film.
“Ekonomi kreatif merupakan salah satu sektor yang menjadi harapan baru bagi Indonesia dan sudah terbukti, ini sukses dilakukan oleh Korea,” kata Neil.
Neil menegaskan bahwa film diakui sebagai alat komunikasi yang sangat efektif untuk mempromosikan nilai-nilai sosial, budaya, dan potensi ekonomi kreatif.
Data terbaru menunjukkan, pertumbuhan signifikan dalam subsektor film, animasi, dan video pada 2021, dengan pertumbuhan sebesar 6,31% dan kontribusi sebesar Rp 2,69 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Kontribusi sektor ekonomi kreatif secara keseluruhan terhadap PDB nasional mencapai 6,98%, atau setara Rp 1.134 triliun pada tahun yang sama.
Sebagai bukti bahwa film lokal semakin digemari, catatan jumlah penonton film Indonesia terus meningkat.
Sebelum pandemi pada 2019, Indonesia mencapai rekor tertinggi dengan 51,9 juta penonton, dan pada tahun 2022, angka ini mencapai 55 juta penonton.
Baca juga: 10 Jenama Lokal Mendapat Fasilitas Pemasaran dari Kemenparekraf di Warung Rojali
Angka tersebut menunjukkan momentum yang signifikan yang perlu dimanfaatkan, terutama dengan Indonesia yang memiliki beragam cerita unik dan lokasi syuting yang diminati oleh pelaku film dari berbagai negara.
Sementara itu, Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melaporkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, industri film Indonesia telah mengalami transformasi signifikan, menandai era baru dalam sejarah perfilman nasional.
Pencapaian ini tidak lepas dari strategi dan upaya Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, yang berkomitmen untuk memajukan ekosistem perfilman Indonesia.
Tahun 2023, Titik Puncak Kebangkitan Perfilman Nasional
Tahun 2023 menjadi titik puncak kebangkitan perfilman Indonesia, dengan pencapaian luar biasa berupa 50 judul film yang berhasil ditampilkan di 24 festival film internasional di 18 negara.
Hal ini tidak hanya menunjukkan pengakuan yang lebih luas terhadap kualitas film Indonesia di kancah internasional tapi juga menegaskan posisi Indonesia sebagai pesaing yang mampu di pasar film global.
Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek menyampaikan,“Hal ini merupakan capaian tertinggi dalam sejarah perfilman nasional, menunjukkan bukti konkret dari efektivitas strategi dan fasilitasi pemerintah dalam mendukung industri film.”
Untuk mendukung dan memperkuat ekosistem perfilman nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media telah memfokuskan anggaran pada tiga strategi utama.
Dalam keterangan pers, Kamis (8/2/2024), Mahendra menjelaskan, “Strategi ini bertujuan untuk menjaga animo penonton, meningkatkan kehadiran film Indonesia di tingkat internasional, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan produksi film.”
Peningkatan Pendidikan Film
Kemendikburistek juga telah mengambil langkah strategis dalam mendukung peningkatan literasi dan apresiasi film melalui berbagai program.
Salah satunya adalah Indonesiana Film, sebuah lokakarya penulisan skenario yang dibimbing oleh profesor dari University of Southern California, yang berfokus pada pengembangan narasi lokal Indonesia.
“Program ini bertujuan untuk menghasilkan cerita-cerita yang kuat dengan nilai-nilai moral dan kearifan lokal, sekaligus meningkatkan eksposur dan pendapatan daerah tempat syuting,” ujar Mahendra.
Sampai saat ini, Bank Naskah Indonesiana Film telah menghasilkan 33 naskah yang meliputi, 4 naskah tahun 2020, 10 naskah di tahun 2021, 9 naskah di tahun 2022, dan 10 naskah di tahun 2023.
Selain itu, terdapat beberapa inisiatif lain seperti Layar Indonesiana yang menyelenggarakan kompetisi produksi film pendek untuk sineas muda, dan Lock x Full Circle Lab yang meningkatkan kapasitas penceritaan sinematik serta jaringan internasional.
MyLab+@Jogja 2023 berperan sebagai inkubator bagi para penulis naskah, sutradara, dan produser untuk mengembangkan proyek dengan bantuan pakar internasional, yang pada tahun tersebut memilih 6 proyek dengan total 17 peserta.
Sementara itu, Idoclab 2023 merupakan program khusus untuk mendukung pembuat film dokumenter Indonesia dalam mengembangkan narasi dan keterampilan produksi.
“Inisiatif-inisiatif ini mencerminkan upaya berkelanjutan pemerintah dalam mengembangkan industri perfilman yang tidak hanya kreatif tetapi juga kompetitif di panggung global,” jelas Mahendra
Peningkatan Literasi dan Apresiasi Film
Mahendra juga menjelaskan bahwa Kemendikbudristek mengorganisir pemutaran khusus (nonton bareng atau nobar).
“Hal ini dilakukan untuk mempertahankan minat penonton, menjaga aksesibilitas dan apresiasi terhadap film Indonesia,” jelasnya.
Terbukti melalui pelaksanaan program nonton bareng (nobar) yang tersebar luas di dalam negeri.
Program ini telah diselenggarakan di 29 kota dari tahun 2020 hingga 2023, dengan jumlah penonton yang terus meningkat secara signifikan dari 6.332 penonton di tahun 2020, menjadi 5.095 di tahun 2021, melonjak ke 9.186 di tahun 2022, dan berjumlah 7.222 di tahun 2023.
Film-film yang memperkaya jalinan budaya seperti ‘Nyanyian Akar Rumput’, ‘The Science of Fiction’, dan ‘Perempuan Tanah Jahanam’ telah dipertontonkan, merefleksikan kekayaan dan keragaman sinema Indonesia.
Ini menunjukkan tidak hanya keberhasilan dalam mempromosikan karya lokal tetapi juga peningkatan minat dan dukungan masyarakat terhadap industri film nasional.
Kegiatan serupa juga diadakan di luar negeri bekerja sama dengan sejumlah kedutaan besar Republik Indonesia (KBRI) sebagai bentuk upaya pemerintah dalam membawa film Indonesia ke panggung global.
Di sisi lain, Kemendikbudristek juga mengakui peran penting komunitas film lokal melalui inisiatif
AFI (Apresiasi Film Indonesia), yang telah berkolaborasi dengan Cinema Poetica dan Rangkai.id untuk mendata komunitas film.
Tahun 2023, program ini diperluas dengan penelitian di 5 kota baru dan 3 kota dengan program tindak lanjut, menunjukkan pertumbuhan dan pengembangan berkelanjutan.
Kemendikbudristek juga secara konsisten mendukung Festival Film Indonesia (FFI), yang telah berdiri sejak tahun 1955, dan festival film regional, yang bertujuan mengapresiasi karya seniman lokal serta mengidentifikasi dan mengasah bakat-bakat muda dalam rangka menguatkan ekosistem perfilman nasional
Sepanjang tahun 2023, terdapat lebih dari 20 film yang memiliki penonton lebih dari 1 juta orang, seperti ‘Sewu Dino’ (4.891.609), ‘Air Mata di Ujung Sajadah’ (3.127.671) dan ‘Petualangan Sherina 2’ (2.414.504), menunjukkan diversifikasi genre dan minat penonton yang luas.
“Untuk beberapa film kami fasilitasi menggunakan anggaran Kemendikbudristek untuk mengorganisir pemutaran khusus atau nobar, kami ingin minat penonton terjaga," paparnya.
"Angka capaian jumlah penonton di 2023 mencerminkan meningkatkannya apresiasi masyarakat terhadap film-film nasional dan menunjukkan adanya pertumbuhan yang stabil dalam industri perfilman di Indonesia,” ujar Mahendra. (SG-3)